Program 3S

Sanpang Sannang Sauki

Sanpang, Sannang, Sauki merupakan akronim dari Satu Anak Satu Teripang, Satu Anak Satu Karang, dan Satu Anak Satu Kima. Dalam bahasa Makassar Sanpang berarti sampan atau perahu, Sannang berarti tenang, dan Sauki berarti kita merasa puas atau lega. Sampan melambangkan kesederhanaan dan membutuhkan keseimbangan antara sisi kiri dan kanan dalam berlayar mengarungi lautan. Kita tidak perlu kemewahan untuk menjadikan hidup bermakna bagi sesama dan tetap menjaga keseimbangan alam. Sampan yang tenang dalam berlayar akan membuat penumpangnya selamat sehingga mereka puas atau lega.

Teripang, terumbu karang, dan kima merupakan spesies yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan sangat menggiurkan bagi para pelaku ekonomi. Permintaan teripang didominasi dari Hongkong, Taiwan, dan Korea. Sementara permintaan koral atau batu karang biasanya untuk akuarium hias baik di Indonesia maupun untuk dijual ke negara lain. Sementara untuk kima tidak diperkenankan untuk diperjualbelikan ke luar negeri. Sekalipun demikian, spesies yang satu ini masih bisa dikonsumsi di dalam negeri, sehingga permintaan kima di pasar masih tetap ada sekalipun dengan harga yang relatif tinggi disebabkan populasinya yang semakin berkurang bahkan terancam punah.

Permintaan batu karang dan kima kian hari kian bertambah dengan nilai jual yang cukup fantastis. Hal ini membuat oknum-oknum tak bertanggung jawab tak segan merusak terumbu karang dan memperdagangkan kima sekalipun harus melanggar. Akibatnya, sebagian besar terumbu karang rusak sehingga nelayan semakin sulit mendapatkan ikan serta semakin mengancam punahnya populasi kima.

Ancaman punahnya teripang dan kima tidak lepas dari pola pikir sebagian besar nelayan yang hanya menangkap teripang dan kima lalu menjualnya tanpa memikirkan untuk dibudidayakan ataupun diolah sebelum dijual. Padahal mereka bisa membudidayakan ataupun mengolahnya terlebih dahulu agar bisa menambah nilai jualnya.

Oleh karena itulah, melalui program 3S (Sanpang, Sannang, Sauki) siswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran di sekolah dalam pengolahan teripang, transplantasi karang, dan budidaya kima. Salah satu tujuan program ini adalah untuk membekali Life Skill bagi siswa sehingga menjadi bekal bagi mereka saat dewasa kelak.

Sanpang (Satu Anak Satu Teripang)

Sanpang atau Satu Anak Satu Teripang merupakan program yang membekali siswa keterampilan mengolah teripang dari basah hingga menjadi kering sehingga bisa bernilai jual lebih tinggi. Kegiatan ini dapat menguatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa. Melalui produk berupa gambar atau video, siswa mendeskripsikan proses pengolahan teripang. Dalam proses pengolahan itu, siswa dapat membandingkan berat, ukuran, dan harga sebelum dan sesudah diolah. Untuk membimbing siswa dalam kegiatan ini, kami melibatkan nelayan dan pengusaha teripang yang ada di pulau Barrang Lompo.

Siswa memasak teripang

Siswa mengukur panjang teripang sebelum dan sesudah dimasak

Siswa menimbang berat teripang sebelum dan sesudah dimasak

Sannang (Satu Anak Satu Karang)

Sannang atau Satu Anak Satu Karang merupakan program yang membimbing siswa dalam melakukan transplantasi karang sebagai upaya untuk memulihkan terumbu karang yang telah rusak. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan karakter peduli lingkungan, kemampuan literasi, dan numerasi pada siswa. Siswa diharapkan dapat mendeskripsikan proses transplantasi yang mereka lakukan baik melalui video maupun gambar. Mereka juga dapat mempertimbangkan luas meja karang untuk menentukan banyak karang yang ditanam dalam satu meja.

Siswa memotong karang hidup untuk ditanam di tempat lain.

Siswa menyiapkan media untuk transplantasi karang.

Siswa mengikat karang pada media transplantasi

Sauki (Satu Anak Satu Kima)

Sauki atau Satu Anak Satu Kima merupakan program yang membekali siswa dengan keterampilan membudidayakan kima sebagai upaya menjaga populasinya dari kepunahan. Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan karakter peduli lingkungan, kemampuan literasi, dan numerasi pada siswa. Siswa diharapkan dapat mendeskripsikan proses transplantasi yang mereka lakukan baik melalui video maupun gambar.  Mereka juga dapat menghitung jumlah sperma dan sel telur yang dihasilkan satu kima berdasarkan volum air dalam bak.

Siswa menyiapkan dan membersihkan cangkang induk kima.

Siswa memasukkan induk kima ke dalam bak pemijahan.

Siswa mengamati sampel sel sperma dan sel telur kima melalui mikroskop